Kamis, 20 November 2014

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI PADA MAJALAH ANEKA YESS (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni 2008)

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI PADA MAJALAH ANEKA YESS (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni  2008)
Baik ragam tulis maupun ragam lisan dapat terjadi kesalahan berbahasa dalam pembentukan kata atau tataran morfologi. Kaidah atau aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah banyak dibicarakan dalam buku-buku tata bahasa.  Meskipun demikian, hal itu tidak berarti semua bentukan kata dalam bahasa Indonesia telah dilakukan dengan proses yang benar dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dalam kenyataan berbahasa, masih sering kita jumpai bentukan kata yang menyimpang dari kaidah. Kesalahan berbahasa tataran morfologi dapat disebabkan oleh :

A.    Penghilangan Afiks
1)      Penghilangan prefiks meN-
o   Pada kata milih (Halaman 35)
Pada kalimat ‘ Kebetulan kita suka nyanyi, jadi langsung milih karokean’, kata milih adalah salah. Kata milih berasal dari kata dasar pilih yang berarti memilih (KBBI : Hal 1074). Kata pilih mendapatkan prefiks meN- sehingga menjadi memilih yang berarti menentukan sesuatu yang dianggap sesuai dengan kesukaan. Kata milih merupakan kata yang disingkat dari kata memilih yang dihilangkan morf meN- sehingga menjadi milih. Pada kata milih tidak terdapat dalam KBBI. Jadi kalimat yang benar adalah ‘Kebetulan kita suka nyanyi, jadi kita langsung memilih karokean’.
Sedangkan kata nyanyi dalam kalimat tersebut juga merupakan kata yang salah. Namun kata nyari masuk pada bagian penyingkatan morf yang akan dijelaskan selanjutnya.

B.     Bunyi Yang Seharusnya Luluh Namun Tidak Diluluhkan
Sering kita jumpai kata dasar yang berfonem awal /k/, /p/, /s/, atau /t/ tidak luluh jika mendapat prefiks meng- atau peng-, contohnya menyapu, mengepel. Dalam kaidah bahasa Indonesia, bunyi /k/,/s/, dan /t/ yang tidak luluh hanyalah pada kata-kata serapan dari bahasa asing yang masih terasa keasinganya, seperti kata mengkoordinasikan, mensponsori, dan pengklasifikasian.
Dalam majalah Aneka Yess (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni  2008), permasalahan ini tidak ditemukan. Artinya penulisan pada majalah ini sudah memperhatikan bagaimana peluluhan bunyi yang seharusnya luluh.

C.    Peluluhan Bunyi Yang Seharusnya Tidak Luluh
Kata dasar yang berfonem awal bunyi /c/ sering kita lihat menjadi luluh jika mendapat prefiks meng-.contohnya pada kata mencairkan terkadang menjadi menyairkan, atau pada kata mencongkel yang terkadang menjadi menyongkel. Padahal kata menyairkan dan menyongkel tersebut adalah salah. Namun, tidak menutup kemungkinan kesalahan tersebut dapat terjadi.
Dalan majalah Aneka Yess (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni  2008), kesalahan karena meluluhkan bunyi yang tidak seharusnya luluh ini tidak ditemukan. Hal ini berarti penulis sudah memperhatikan penulisan dalam bidangpeluluhan bunyi.

D.    Penggantian Morf
1)      Morf meN- tergantikan dengan morf lain
o   Pada kata ngelihat (Halaman 121)
Pada kalimat ‘Kalau mau ngelihat sinetron dalam bentuk lain dan beda ya tonton aja bioskop indonesia’, kata ngelihat termasuk dalam kata  yang salah. Kata ngelihat berasal dari kata lihat yang berarti menggunakan mata untuk memandang (KBBI : Hal 826). Kata lihat jika diberi prefiks meN- menjadi melihat. Jadi kata yang banar adalah melihat bukan ngelihat. Sehingga kalimat yang benar adalah ‘Kalau mau melihat sinetron dalam bentuk lain dan beda ya tonton aja bioskop indonesia’.

o   Pada kata ngebahas (120)
Pada kalimat ‘Kita pernah ngebahas hal itu’, kata ngebahas adalah kata yang salah. Kata ngebahas berasal dari kata dasar bahas yang berarti selidik ; periksa (KBBI : Hal 116). Kata ngebahas berasal dari kata dasar bahas yang diberi prefiks meN- sehingga menjadi membahas bukan ngebahas. Jadi kalimat yang benar adalah ‘Kita pernah membahas hal itu’.

o   Pada kata ngelihat-lihat (Halaman 100)
Pada kalimat ‘ mereka senang banget waktu mendapat kesempatan bisa ngelihat-lihat salah satu outlet Point Break Indah Mal atau PIM 1 Jakarta selatan’, kata ngelihat-lihat adalah kata yang salah. Kata ngelihat-lihat berasal dari kata dasar lihat yang berarti menggunakan mata untuk memandang (KBBI : Hal 826). Kata lihat jika diberi prefiks meN- menjadi melihat, lalu mengalami reduplikasi sebagian sehingga menjadi melihat-lihat. Jadi kalimat yang benar adalah ‘ mereka senang banget waktu mendapat kesempatan bisa melihat-lihat salah satu outlet Point Break Indah Mal atau PIM 1 Jakarta selatan’.
E.     Penyingkatan Morf Mem-, Men-, Meng-, Meny-, Dan Menge-
1)      Pada kata nyambung ( Halaman 1)
Pada kalimat ‘murahnya lagsung dari pertama nyambung’,kata nyambung termasuk dalam kata yang salah. Kata nyambung berasal dari kata dasar sambung yang berarti hubungkan ; satukan (KBBI : Hal 1214). Kata nyambung berasal dari kata dasar sambung yang diberi afiks yaitu berupa prefiks meN-. Kata sambung apabila diberi prefiks meN- seharusnya menjadi menyambung. Kata yang digunakan pada kalimat tersebut adalah kata nyambung sehingga hal ini termasuk dalam penyingkatan  morf. Penyingkatan  morf menjadikan kata tersebut menjadi salah. Jadi penggunaan kata yang benar adalah menyambung, sehingga kalimat yang benar adalah ‘murahnya langsung dari pertama menyambung’.

2)      Pada kata ngasih ( Halaman 9)
Pada kalimat ‘Kartu As ngasih kamu kebebasan bicara ke sesama Telkomsel’, kata ngasih termasuk dalam kata yang salah. Kata ngasih berasal dari kata kasih yang berarti beri (KBBI : Hal 631). Kata ngasih  berasal dari kata kasih yang diberi afiks berupa prefiks meN-. Kata kasih apabila diberi prefis meN- menjadi mengasih yang berarti memberi. Kata yang digunakan dalam kalimat tersebut adalah ngasih sehingga kata tersebut termasuk dalam penyingkatan morf dan menjadikan kata tersebut menjadi salah. Jadi penggunaan kata yang benar adalah mengasih, sehingga kalimat yang benar adalah ‘ Kartu As mengasih kamu kebebasan bicara ke semua Telkomsel’.

3)      Pada kata ngeja ( Halaman 122 )
Pada kalimat ‘Sejak saat itu, aku dipanggil tukang ngeja’, kata ngeja dalam kalimat tersebut adalah salah. Kata ngeja berasal dari kata eja yang berarti melafalkan (menyebutkan) huruf-huruf satu demi satu (KBBI : Hal 353). Kata ngeja berasal dari kata dasar eja yang diberi afiks yang berupa prefiks yaitu meN- sehingga seharusnya menjadi kata mengeja bukan ngeja. Penggunaan kata ngeja menyebabkan kata tersebut salah karena menyingkat morf. Oleh karena itu kata yang benar seharusnya adalah mengeja bukan ngeja. Jadi klimat yang benar adalah ‘ Sejak saat itu, aku dipanggil tukang mengeja’.

4)      Pada kata ngatur (Halaman 104)
Pada kalimat ‘Mungkin kalau gue sudah bisa ngatur jadwalnya’, kata ngatur dalam kalimat tersebut adalah salah. Kata ngatur berasal dari kata atur yang berarti disusun baik-baik (KBBI : Hal 99). Kata ngatur berasal dari kata dasar atur yang kemudian diberi prefiks meN- sehingga menjadi kata mengatur. Oleh kare itu kalimat yang bear seharusnya adalah ‘ Mungkin kalau gue sudah bisa mengatur jadwalnya’.

5)      Pada kata nambah (Halaman 105)
Pada kalimat ‘Bisa nambah teman juga’, kata nambah termasuk kata yang salah. Kata nambah berasal dari kata dasar tambah yang berarti yang dibubuhkan pada yang sudah ada supaya menjadi lebih banyak (KBBI : Hal 1386). Kata nambah berasal dari kata dasar tambah yang kemudian diberi prefiks meN- sehingga menjadi menambah. Namun pada kalimat tersebut dilakukan penyingkatan morf sehingga menjadi nambah. Penyingkatan morf tersebut menjadikan kata tersebut salah. Jadi kalimat yang benar adalah ‘Bisa menambah teman juga’.

6)      Pada kata ngantuk (Halaman 127)
Pada kalimat ‘ Mintalah obat yang tidak menyebabkan ngantuk jika akan digunakan pada siang hari’, kata ngantuk yang ada pada kalimat tersebut adalah salah. Kata ngantuk berasal dari kata dasar kantuk yang berarti rasa hendak tidur (KBBI : Hal 619). Kata ngantuk berasal dari kata dasar kantuk yang kemudian diberi prefiks meN- sehingga menjadi mengantuk. Jadi kata yang seharusnya digunakan adalah mengantuk, bukan ngantuk. Jadi kalimat yang benar adalah ‘ Mintalah obat yang tidak menyebabkan mengantuk jika akan digunakan pada siang hari’.

7)      Pada kata ngiri (Halaman 101)
Pada kalimat ‘Duh, jangan ngiri ya’, kata ngiri adalah kata yang salah. Kata ngiri berasal dari kata dasar iri yang berarti merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain (KBBI : Hal 547). Kata ngiri berasal dari kata dasar iri yang kemudian diberi prefiks meN- sehingga menjadi mengiri. Jadi kalimat yang benar adalah ‘Duh, jangan mengiri ya’.

8)      Pada kata ngelihat (Halaman 92)
Pada kalimat ‘ Taufik, teman verlita tidak sengaja ngelihat, dan tidak lama verlita pun datang’, kata ngelihat adalah kata yang salah. Kata ngelihat berasal dari kata dasar lihat yang berarti menggunakan mata untuk memandang (KBBI : Hal 826). Kata ngelihat berasal dari kata lihat yang kemudian diberi prefiks meN- sehingga menjadi melihat. Jadi kalimat yang benar adalah ‘ Taufik, teman verlita tidak sengaja ngelihat, dan tidak lama verlita pun datang’.

9)      Pada kata nyari (Halaman 28)
Pada kalimat ‘Aku dan manajemen sempat kesulitan nyari model yang pas’, kata nyari adalah salah. Kata nyari berasal dari kata cari yang kemudian mendapatkan prefiks meN- sehingga menjadi mencari yang berarti berusaha mendapatkan (KBBI : Hal 245). Jadi kalimat yang benar adalah ‘Aku dan manajemen sempat kesulitan mencari model yang pas’.

F.     Pemakaian Afiks Yang Tidak Tepat
o   Penggunaan prefiks ke-
-          Pada kata kebayang (Halaman 39)
Pada kalimat ‘Kebayang dong jazzy tunes yang menghiasi tour mellow prom’, kata kebayang adalah salah. Kata kebayang berasal dari kata bayang yang kemudian mendapat imbuhan berupa ter- sehingga menjadi terbayang yang berarti seakan-akan kelihatan dalam angan-angan (KBBI : Hal 152). Jadi kalimat yang benar adalah ‘Terbayang dong jazzy tunes yang menghiasi tour mellow prom’.
o   Penggunaan sufiks –in
-          Pada kata meranin  (Halaman 104)
Pada kalimat ‘Terlebih saat harus meranin karakter yang beda dari aslinya’, kata meranin pada kalimat tersebut adalah salah. Kata meranin termasuk dalam kata yang terpengaruh dengan bahasa gaul. Dalam bahasa gaul, pada kata-kata tertentu banyak akhiran –kan diubah menjadi akhiran –in yang pada dasarnya tidak baku dalam bahasa Indonesia.
 Kata meranin pada kalimat tersebut seharusnya diganti dengan kata memerankan. Kata memerankan berasal dari kata dasar peran yang artinya pemain sandiwara (film); tukang lawak pada permaianan makyong (KBBI : Hal 1051). Kata peran kemudian diberi konfiks berupa me-kan sehingga menjadi memerankan yang dalam KBBI berarti melakukan peran ( KBBI : Hal 1051). Jadi kalimat yang benar adalah Terlebih saat harus memerankan karakter yang beda dari aslinya’.

G.    Penentuan Bentuk Dasar Yang Tidak Tepat
Pengguna bahasa sering menggunakan kata bentukan yang salah karena salah menduga atau salah mengira asal bentuk dasarnya hanya karena bentuk itu sudah tak lazim digunakan. Mereka tidak menyadari jika bentuk-bentuk tersebut salah.
Dalam majalah Aneka Yess (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni  2008), penentuan bentuk dasar yang tidak tepat ditemukan pada kata ngobrak-ngabrik pada halaman 101. Kata ngobrak-ngabrik tersebut dibentuk dari kata obrak-abrik yang kemudian diberi afiks berupa prefiks. Sedangkan dalam KBBI kata obrak-abrik merujuk pada kata ubrak abrik (KBBI : Hal 976). Kata ubrak-abrik berarti membuat tidak beraturan (acak-acakan); membuat berantakan (KBBI : Hal 1515). Jadi kata yang benar seharusnya mengunakan kata ubrak-abrik yang kemudian diberi prefiks meng- sehingga menjadi mengubrak-abrik.

H.    Penempatan Afiks Yang Tidak Tepat Pada Gabungan Kata
Pembentukan kata dengan membubuhkan afiks pada kata dasar yang berupa gabungan kata masih sering pula dilakukan secara tidak tepat. Bila gabungan kata mendapat prefiks dan sufiks sekaligus, maka prefiks tersebut diletakan didepan dan sufiks diletakan diakhir kata kedua dengan penulisan serangkai. Contohnya kata dilipatgandakan yang terdiri dari dua kata dasar yaitu lipat dan ganda yang kemudian mendapat prefiks -di dan sufiks –kan.
Pada majalah Aneka Yess (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni  2008), penempatan afiks yang tidak tepat padaa gabungan kata tidak ditemukan. Artinya penulis sudah memperhatikan penempatan afiks pada gabungan kata yang ada dalam majalah ini.

I.       Pengulangan Kata Majemuk Yang Tidak Tepat.
Kata majemuk merupakan gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan (Tim Penyusun Kamus, 1996 : 452). Gabungan morfem dasar tersebut ada yang sudah berpadu benar dan ada pula yang dalam proses berpadu secara lengkap atau utuh. Kata majemuk yang sudah dianggap berpadu benar jika diulang, pengulanganya berlaku seluruhnya. Contohnya :
Besar kecil-besar kecil
Harta benda-harta benda
Kata majemuk yang belum berpadu benar dalam penulisanya masih berpisah jika diulang sebagian atau seluruhnya. Contohnya :
Abu-abu gosok
Hutan-hutan bakau
Pada majalah Aneka Yess (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni  2008), kesalahan penulisan yang berkaitan dengan pengulangan yang salah tidak ditemukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar