ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI PADA MAJALAH ANEKA
YESS (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni
2008)
Baik ragam tulis maupun ragam lisan dapat terjadi kesalahan
berbahasa dalam pembentukan kata atau tataran morfologi. Kaidah atau aturan
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah banyak dibicarakan
dalam buku-buku tata bahasa. Meskipun
demikian, hal itu tidak berarti semua bentukan kata dalam bahasa Indonesia
telah dilakukan dengan proses yang benar dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Dalam kenyataan berbahasa, masih sering kita jumpai bentukan kata yang
menyimpang dari kaidah. Kesalahan berbahasa tataran morfologi dapat disebabkan
oleh :
A.
Penghilangan
Afiks
1)
Penghilangan
prefiks meN-
o Pada kata milih (Halaman 35)
Pada kalimat ‘ Kebetulan kita suka nyanyi, jadi langsung milih
karokean’, kata milih adalah salah. Kata milih berasal dari
kata dasar pilih yang berarti memilih (KBBI : Hal 1074). Kata pilih
mendapatkan prefiks meN- sehingga menjadi memilih yang berarti
menentukan sesuatu yang dianggap sesuai dengan kesukaan. Kata milih merupakan
kata yang disingkat dari kata memilih yang dihilangkan morf meN- sehingga
menjadi milih. Pada kata milih tidak terdapat dalam KBBI. Jadi kalimat yang
benar adalah ‘Kebetulan kita suka nyanyi, jadi kita langsung memilih
karokean’.
Sedangkan kata nyanyi dalam kalimat tersebut juga merupakan kata
yang salah. Namun kata nyari masuk pada bagian penyingkatan morf yang akan
dijelaskan selanjutnya.
B.
Bunyi
Yang Seharusnya Luluh Namun Tidak Diluluhkan
Sering kita jumpai kata dasar yang berfonem awal /k/, /p/, /s/,
atau /t/ tidak luluh jika mendapat prefiks meng- atau peng-,
contohnya menyapu, mengepel. Dalam kaidah bahasa Indonesia, bunyi /k/,/s/, dan /t/
yang tidak luluh hanyalah pada kata-kata serapan dari bahasa asing yang masih
terasa keasinganya, seperti kata mengkoordinasikan, mensponsori, dan
pengklasifikasian.
Dalam majalah Aneka Yess (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni 2008), permasalahan ini tidak ditemukan.
Artinya penulisan pada majalah ini sudah memperhatikan bagaimana peluluhan
bunyi yang seharusnya luluh.
C.
Peluluhan
Bunyi Yang Seharusnya Tidak Luluh
Kata dasar yang berfonem awal bunyi /c/ sering kita lihat
menjadi luluh jika mendapat prefiks meng-.contohnya pada kata mencairkan
terkadang menjadi menyairkan, atau pada kata mencongkel yang terkadang menjadi
menyongkel. Padahal kata menyairkan dan menyongkel tersebut adalah salah.
Namun, tidak menutup kemungkinan kesalahan tersebut dapat terjadi.
Dalan majalah Aneka Yess (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni 2008), kesalahan karena meluluhkan bunyi yang
tidak seharusnya luluh ini tidak ditemukan. Hal ini berarti penulis sudah
memperhatikan penulisan dalam bidangpeluluhan bunyi.
D.
Penggantian
Morf
1)
Morf
meN- tergantikan dengan morf lain
o Pada kata ngelihat (Halaman 121)
Pada kalimat ‘Kalau mau ngelihat sinetron dalam bentuk lain dan
beda ya tonton aja bioskop indonesia’, kata ngelihat termasuk dalam
kata yang salah. Kata ngelihat
berasal dari kata lihat yang berarti menggunakan mata untuk memandang
(KBBI : Hal 826). Kata lihat jika diberi prefiks meN- menjadi melihat.
Jadi kata yang banar adalah melihat bukan ngelihat. Sehingga
kalimat yang benar adalah ‘Kalau mau melihat sinetron dalam bentuk lain dan
beda ya tonton aja bioskop indonesia’.
o Pada kata ngebahas (120)
Pada kalimat ‘Kita pernah ngebahas hal itu’, kata ngebahas
adalah kata yang salah. Kata ngebahas berasal dari kata dasar bahas
yang berarti selidik ; periksa (KBBI : Hal 116). Kata ngebahas berasal
dari kata dasar bahas yang diberi prefiks meN- sehingga menjadi membahas
bukan ngebahas. Jadi kalimat yang benar adalah ‘Kita pernah membahas
hal itu’.
o Pada kata ngelihat-lihat (Halaman 100)
Pada kalimat ‘ mereka senang banget waktu mendapat kesempatan
bisa ngelihat-lihat salah satu outlet Point Break Indah Mal atau PIM 1 Jakarta
selatan’, kata ngelihat-lihat adalah kata yang salah. Kata ngelihat-lihat
berasal dari kata dasar lihat yang berarti menggunakan mata untuk
memandang (KBBI : Hal 826). Kata lihat jika diberi prefiks meN-
menjadi melihat, lalu mengalami reduplikasi sebagian sehingga menjadi melihat-lihat.
Jadi kalimat yang benar adalah ‘ mereka senang banget waktu mendapat
kesempatan bisa melihat-lihat salah satu outlet Point Break Indah Mal atau PIM
1 Jakarta selatan’.
E.
Penyingkatan
Morf Mem-, Men-, Meng-, Meny-, Dan Menge-
1)
Pada
kata nyambung ( Halaman 1)
Pada kalimat ‘murahnya lagsung dari pertama nyambung’,kata nyambung
termasuk dalam kata yang salah. Kata nyambung berasal dari kata
dasar sambung yang berarti hubungkan ; satukan (KBBI : Hal 1214). Kata nyambung
berasal dari kata dasar sambung yang diberi afiks yaitu berupa prefiks meN-.
Kata sambung apabila diberi prefiks meN- seharusnya menjadi menyambung.
Kata yang digunakan pada kalimat tersebut adalah kata nyambung sehingga
hal ini termasuk dalam penyingkatan
morf. Penyingkatan morf
menjadikan kata tersebut menjadi salah. Jadi penggunaan kata yang benar adalah menyambung,
sehingga kalimat yang benar adalah ‘murahnya langsung dari pertama
menyambung’.
2)
Pada
kata ngasih ( Halaman 9)
Pada kalimat ‘Kartu As ngasih kamu kebebasan bicara ke sesama
Telkomsel’, kata ngasih termasuk dalam kata yang salah. Kata ngasih
berasal dari kata kasih yang berarti beri (KBBI : Hal 631). Kata ngasih berasal dari kata kasih yang diberi
afiks berupa prefiks meN-. Kata kasih apabila diberi prefis meN-
menjadi mengasih yang berarti memberi. Kata yang digunakan dalam kalimat
tersebut adalah ngasih sehingga kata tersebut termasuk dalam
penyingkatan morf dan menjadikan kata tersebut menjadi salah. Jadi penggunaan
kata yang benar adalah mengasih, sehingga kalimat yang benar adalah ‘
Kartu As mengasih kamu kebebasan bicara ke semua Telkomsel’.
3)
Pada
kata ngeja ( Halaman 122 )
Pada kalimat ‘Sejak saat itu, aku dipanggil tukang ngeja’,
kata ngeja dalam kalimat tersebut adalah salah. Kata ngeja
berasal dari kata eja yang berarti melafalkan (menyebutkan) huruf-huruf
satu demi satu (KBBI : Hal 353). Kata ngeja berasal dari kata dasar eja
yang diberi afiks yang berupa prefiks yaitu meN- sehingga seharusnya
menjadi kata mengeja bukan ngeja. Penggunaan kata ngeja
menyebabkan kata tersebut salah karena menyingkat morf. Oleh karena itu kata
yang benar seharusnya adalah mengeja bukan ngeja. Jadi klimat
yang benar adalah ‘ Sejak saat itu, aku dipanggil tukang mengeja’.
4)
Pada
kata ngatur (Halaman 104)
Pada kalimat ‘Mungkin kalau gue sudah bisa ngatur jadwalnya’,
kata ngatur dalam kalimat tersebut adalah salah. Kata ngatur
berasal dari kata atur yang berarti disusun baik-baik (KBBI : Hal 99). Kata
ngatur berasal dari kata dasar atur yang kemudian diberi prefiks meN-
sehingga menjadi kata mengatur. Oleh kare itu kalimat yang bear
seharusnya adalah ‘ Mungkin kalau gue sudah bisa mengatur jadwalnya’.
5)
Pada
kata nambah (Halaman 105)
Pada kalimat ‘Bisa nambah teman juga’, kata nambah
termasuk kata yang salah. Kata nambah berasal dari kata dasar tambah yang
berarti yang dibubuhkan pada yang sudah ada supaya menjadi lebih banyak (KBBI :
Hal 1386). Kata nambah berasal dari kata dasar tambah yang
kemudian diberi prefiks meN- sehingga menjadi menambah. Namun
pada kalimat tersebut dilakukan penyingkatan morf sehingga menjadi nambah.
Penyingkatan morf tersebut menjadikan kata tersebut salah. Jadi kalimat yang
benar adalah ‘Bisa menambah teman juga’.
6)
Pada
kata ngantuk (Halaman 127)
Pada kalimat ‘ Mintalah obat yang tidak menyebabkan ngantuk jika
akan digunakan pada siang hari’, kata ngantuk yang ada pada kalimat
tersebut adalah salah. Kata ngantuk berasal dari kata dasar kantuk
yang berarti rasa hendak tidur (KBBI : Hal 619). Kata ngantuk berasal
dari kata dasar kantuk yang kemudian diberi prefiks meN- sehingga
menjadi mengantuk. Jadi kata yang seharusnya digunakan adalah mengantuk,
bukan ngantuk. Jadi kalimat yang benar adalah ‘ Mintalah obat yang
tidak menyebabkan mengantuk jika akan digunakan pada siang hari’.
7)
Pada
kata ngiri (Halaman 101)
Pada kalimat ‘Duh, jangan ngiri ya’, kata ngiri
adalah kata yang salah. Kata ngiri berasal dari kata dasar iri
yang berarti merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain (KBBI : Hal 547).
Kata ngiri berasal dari kata dasar iri yang kemudian diberi
prefiks meN- sehingga menjadi mengiri. Jadi kalimat yang benar
adalah ‘Duh, jangan mengiri ya’.
8)
Pada
kata ngelihat (Halaman 92)
Pada kalimat ‘ Taufik, teman verlita tidak sengaja ngelihat, dan
tidak lama verlita pun datang’, kata ngelihat adalah kata yang
salah. Kata ngelihat berasal dari kata dasar lihat yang berarti
menggunakan mata untuk memandang (KBBI : Hal 826). Kata ngelihat berasal
dari kata lihat yang kemudian diberi prefiks meN- sehingga
menjadi melihat. Jadi kalimat yang benar adalah ‘ Taufik, teman
verlita tidak sengaja ngelihat, dan tidak lama verlita pun datang’.
9)
Pada
kata nyari (Halaman 28)
Pada kalimat ‘Aku dan manajemen sempat kesulitan nyari model
yang pas’, kata nyari adalah salah. Kata nyari berasal dari
kata cari yang kemudian mendapatkan prefiks meN- sehingga menjadi
mencari yang berarti berusaha mendapatkan (KBBI : Hal 245). Jadi kalimat
yang benar adalah ‘Aku dan manajemen sempat kesulitan mencari model yang pas’.
F.
Pemakaian
Afiks Yang Tidak Tepat
o Penggunaan prefiks ke-
-
Pada
kata kebayang (Halaman 39)
Pada kalimat ‘Kebayang dong jazzy tunes yang menghiasi tour
mellow prom’, kata kebayang adalah salah. Kata kebayang
berasal dari kata bayang yang kemudian mendapat imbuhan berupa ter-
sehingga menjadi terbayang yang berarti seakan-akan kelihatan dalam
angan-angan (KBBI : Hal 152). Jadi kalimat yang benar adalah ‘Terbayang dong
jazzy tunes yang menghiasi tour mellow prom’.
o Penggunaan sufiks –in
-
Pada
kata meranin (Halaman 104)
Pada kalimat ‘Terlebih saat harus meranin karakter yang beda
dari aslinya’, kata meranin pada kalimat tersebut adalah salah. Kata
meranin termasuk dalam kata yang terpengaruh dengan bahasa gaul. Dalam
bahasa gaul, pada kata-kata tertentu banyak akhiran –kan diubah menjadi
akhiran –in yang pada dasarnya tidak baku dalam bahasa Indonesia.
Kata meranin pada
kalimat tersebut seharusnya diganti dengan kata memerankan. Kata memerankan
berasal dari kata dasar peran yang artinya pemain sandiwara (film);
tukang lawak pada permaianan makyong (KBBI : Hal 1051). Kata peran
kemudian diberi konfiks berupa me-kan sehingga menjadi memerankan
yang dalam KBBI berarti melakukan peran ( KBBI : Hal 1051). Jadi kalimat yang
benar adalah ‘ Terlebih saat harus memerankan karakter yang beda dari
aslinya’.
G.
Penentuan
Bentuk Dasar Yang Tidak Tepat
Pengguna bahasa sering menggunakan kata bentukan yang salah karena
salah menduga atau salah mengira asal bentuk dasarnya hanya karena bentuk itu
sudah tak lazim digunakan. Mereka tidak menyadari jika bentuk-bentuk tersebut
salah.
Dalam majalah Aneka Yess (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni 2008), penentuan bentuk dasar yang tidak
tepat ditemukan pada kata ngobrak-ngabrik pada halaman 101. Kata ngobrak-ngabrik
tersebut dibentuk dari kata obrak-abrik yang kemudian diberi afiks
berupa prefiks. Sedangkan dalam KBBI kata obrak-abrik merujuk pada kata ubrak
abrik (KBBI : Hal 976). Kata ubrak-abrik berarti membuat tidak
beraturan (acak-acakan); membuat berantakan (KBBI : Hal 1515). Jadi kata yang
benar seharusnya mengunakan kata ubrak-abrik yang kemudian diberi prefiks meng-
sehingga menjadi mengubrak-abrik.
H.
Penempatan
Afiks Yang Tidak Tepat Pada Gabungan Kata
Pembentukan kata dengan membubuhkan afiks pada kata dasar yang
berupa gabungan kata masih sering pula dilakukan secara tidak tepat. Bila
gabungan kata mendapat prefiks dan sufiks sekaligus, maka prefiks tersebut
diletakan didepan dan sufiks diletakan diakhir kata kedua dengan penulisan
serangkai. Contohnya kata dilipatgandakan yang terdiri dari dua kata
dasar yaitu lipat dan ganda yang kemudian mendapat prefiks -di
dan sufiks –kan.
Pada majalah Aneka Yess (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni 2008), penempatan afiks yang tidak tepat
padaa gabungan kata tidak ditemukan. Artinya penulis sudah memperhatikan
penempatan afiks pada gabungan kata yang ada dalam majalah ini.
I.
Pengulangan
Kata Majemuk Yang Tidak Tepat.
Kata majemuk merupakan gabungan morfem dasar yang seluruhnya
berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis
yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan (Tim Penyusun Kamus, 1996 :
452). Gabungan morfem dasar tersebut ada yang sudah berpadu benar dan ada pula
yang dalam proses berpadu secara lengkap atau utuh. Kata majemuk yang sudah
dianggap berpadu benar jika diulang, pengulanganya berlaku seluruhnya.
Contohnya :
Besar kecil-besar kecil
Harta benda-harta benda
Kata majemuk yang belum berpadu benar dalam penulisanya masih
berpisah jika diulang sebagian atau seluruhnya. Contohnya :
Abu-abu gosok
Hutan-hutan bakau
Pada majalah Aneka Yess (Edisi No. 11 ; 26 Mei - 8 Juni 2008), kesalahan penulisan yang berkaitan
dengan pengulangan yang salah tidak ditemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar